Inovasi UMKM di Era Digital

INDRAGIRI HILIR - Delapan bulan lebih pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Situasi ini tidak hanya  berpengaruh pada sektor kesehatan, tapi juga dunia usaha. UMKM dituntut beradaptasi dengan segala keterbatasan akibat Pandemi. Pemanfaatan teknologi pun menjadi inovasi yang dilakukan UMKM untuk bertahan dan mengembangkan produk.

 

Cerita datang dari seorang pemilik usaha undangan di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) yang bernama Hamdi. Diakuinya, pada awal Pandemi sulit untuk beradaptasi dengan segala perubahan dan keterbatasan. Omsetnya sempat  menurun dibanding hari-hari biasa.

 

“Kalau dulu, sekali orang pengantin bisa sampai ribuan kami buat undangannya, sekarang karena Corona, acara dibatas jadi jumlah orang yang datang pun terbatas. Cetak undangannyapun paling cuma 100”, keluhnya.

 

Usaha undangan yang diberi nama “HD Creative Desain” tersebut telah dirintis Hamdi bersama sang isteri sejak Februari 2018. Selama  lebih kurang dua tahun menjalani usaha ini, dampak Covid-19 cukup menimbulkan kekhawatiran.

 

“Jujur, awal-awal kasus Covid-19 mulai ditemukan di Tembilahan, saya takut kalau PSBB dan dilarang adanya pesta karena ha itu akan mengganggu perekonomian keluarga saya”, kata Hamdi saat dijumpai di tempat usahanya yang beralamat di jalan Bersama parit 10 Tembilahan

 

Kendati sempat khawatir, Hamdi bersama sang isteri melakukan berbagai inovasi di tengah Pandemi. Dirinya yang memiliki keahlian di bidang desain grafis terus belajar dan mencari tahu tentang perkembangan teknologi. Biasanya undangan yang dibuat MD Creative Desain hanya berbentuk cetak, kini telah tersedia “Undangan Digital”.

 

“Kami mengasah otak, karena sekarang serba online jadi dibuatlah Undangan digital yang bentuknya ada video dan ada pamflet. Jadi tidak perlu dicetak lagi, cukup dengan satu desain bisa menyebarkan informasi acara ke banyak orang”, jelasnya.

 

Sistem kerja yang mengikuti perkembangan zaman itu, membuat pekerjaan Hamdi menjadi lebih efisien dan sederhana karena tidak perlu melalui proses percetakan.  Selain itu, pihaknya gencar melakukan pemasaran produk menggunakan media sosial. Akibat inovasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi yang tepat, usaha Hamdi dan isteri membuahkan hasil yang baik. Banyak pemesan undangan yang berasal dari luar daerah untuk menggunakan jasa produk mereka.

 

“Alhamdulillahnya, akses penjual kami juga semakin berkembang karena kami sering pasang informasi produk di media sosial. Karena Covid ini kita tidak perlu jumpa lagi apalagi dengan client yang jauh, cukup konsultasi lewat sosial media saja, kalau semua sudah deal kita kerjakan, lalu kita kirim langsung ke client, kemudian bayarannya ditransfer langsung. Betul-betul teknologi ini bisa memudahkan pekerjaan”, ungkap Hamdi.

 

Lanjutnya, saat ini sistem pemasaran dan penjualan produknya lebih banyak melalui online. Di akhir sesi wawancaranya Hamdi berpesan, agar pelaku UMKM dapat memaksimalkan perkembangan teknologi komunikasi yang memudahkan pekerjaan dan mengikuti perkembangan zaman.

 

 

Beralih dari kisah Hamdi di Tembilahan, Satya Bilal, Wakil Sekjen International Council for Small Business DIY menambahkan, bahwa kini tak cukup jika hanya mengandalkan penjualan lewat daring. 

 

“Banyak sekali sektor-sektor kreatif yang bertumbuh. Contohnya ini di Indonesia Timur, banyak satwa-satwa air, aquascape yang muncul saat pandemi. Banyak UMKM yang tumbuh, ada brand lokal, sociolla setelah 5 tahun, saat pandemi, dia bisa ekspansi selain di Indonesia sampai ke Vietnam,” ujarnya dalam Webinar Komite Penanggulangan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dengan tema ‘Pandemi dan Peluang Bisnis Berbasis Kearifan Lokal’, Jumat (27/11/2020).

 

Diungkapkan Satya, selain meningkatkan kualitas berbasis kearifan lokal, Satya mendorong para pelaku usaha harus dapat memanfaatkan digital dalam memasarkan produk mereka.

 

“Selama pandemi, banyak orang dipaksa harus meningkatkan kemampuan digital (online),” ungkapnya.

 

Namun, memanfaatkan teknologi digital saja tidak cukup. Para pelaku UMKM dikatakannya harus dapat memanfaatkan enam hal. Pertama mencari dan menambah akses keuangan (pinjaman/modal), meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (karyawan), berkolaborasi, berinovasi, membuat laporan keuangan secara profesional, dan memanfaatkan fasilitas digital. 

 

“Pertama, kita harus menjadi pelaku yang lebih profesional. Kedua, kita lebih punya sense usaha dari sebelumnya. Kalau misalnya sebelumnya, kita dapat dana 100 rupiah sudah cukup, bagaimana kita bisa mengejar lebih dari 100 rupiah, lebih dari usaha yang ada untuk bisa tetap beradaptasi dan juga survive. Bukan pelit, bukan berhemat, tapi lebih tepat sasaran, tepat guna dalam penggunaan anggaran,” terang Satya. 

 

Dia juga menyarankan agar para pelaku UMKM tidak malas berhitung anggaran yang digunakan, kebutuhan modal dan juga keuntungan yang bakal diraih. 

 

Kemampuan pelaku UMKM memanfaatkan teknologi untuk sistem penjualan daring maupun tidak adalah upaya agar percepatan ekonomi pada masa pandemi dapat segera bangkit.

 

 

……………..

Indragiri Hilir, 30 November 2020

Penulis : Hasbiantoro

Diskominfopers Inhil