Tantangan Iman dan Takwa di Tengah Arus Modernisasi di Era Digitalisasi

Tantangan Iman dan Takwa di Tengah Arus Modernisasi di Era Digitalisasi

Oleh : H.Herman - Bupati Indragiri Hilir 

Perkembangan zaman terus melaju tanpa henti. Modernisasi dan digitalisasi kini menjadi dua kekuatan besar yang mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dari cara berkomunikasi, bekerja, hingga menjalani kehidupan sosial dan beragama—semuanya terdampak. Di tengah perubahan ini, iman dan takwa sebagai fondasi hidup seorang muslim mengalami tantangan yang tidak ringan.

Modernisasi dan Digitalisasi: Kemajuan yang Tak Terbendung

Modernisasi membawa perubahan besar dalam pola pikir, budaya, dan gaya hidup. Masyarakat menjadi lebih terbuka, kritis, dan rasional. Digitalisasi, di sisi lain, menciptakan dunia baru yang serba cepat dan instan. Akses terhadap informasi menjadi tak terbatas. Dunia kini ada di genggaman tangan melalui layar ponsel.

Namun di balik semua kemajuan itu, muncul pertanyaan besar: bagaimana nasib iman dan takwa di tengah arus perubahan ini? Apakah teknologi membawa umat manusia lebih dekat kepada Tuhan, atau justru menjauhkan mereka dari nilai-nilai spiritual?

Tantangan Nyata Terhadap Iman dan Takwa

 1. Keterlenaan terhadap Dunia Digital

Waktu yang dihabiskan di dunia digital sering kali jauh lebih banyak daripada untuk urusan akhirat. Banyak yang lebih sibuk mengejar update media sosial daripada memperbanyak dzikir dan tilawah. Padahal waktu adalah nikmat yang akan dimintai pertanggungjawaban.

 2. Krisis Keteladanan dan Nilai Moral

Modernisasi sering kali menggeser nilai-nilai agama dengan nilai-nilai kebebasan tanpa batas. Banyak generasi muda lebih mengenal tokoh-tokoh selebriti internet daripada ulama dan cendekiawan muslim. Nilai moral pun sering kali dikaburkan oleh tren dan opini publik.

 3. Informasi Berlimpah, Pemahaman Dangkal

Banyak orang mengakses informasi agama secara cepat dari internet tanpa menyaring sumbernya. Akibatnya, pemahaman menjadi dangkal dan mudah terjebak pada kesesatan pemikiran atau ekstremisme.

 4. Individualisme dan Menurunnya Kepedulian Sosial

Budaya digital membuat orang lebih sibuk dengan diri sendiri. Interaksi sosial yang hangat tergantikan oleh hubungan virtual yang sering kali bersifat dangkal. Nilai ukhuwah dan kepedulian sosial bisa memudar jika tidak diiringi dengan penguatan nilai-nilai iman.

Menjaga Iman dan Takwa di Tengah Kemajuan

Menjaga keimanan dan ketakwaan di era digital bukanlah hal yang mustahil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

 • Menjadikan teknologi sebagai sarana dakwah dan amal saleh. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, mengingatkan dalam kebenaran, dan menebar manfaat.

 • Meningkatkan literasi keagamaan. Jangan hanya mengandalkan potongan-potongan ceramah atau quotes, tetapi pelajari agama dari sumber yang terpercaya dan mendalam.

 • Membatasi waktu digital untuk memperbanyak waktu spiritual. Alokasikan waktu harian untuk ibadah, membaca Al-Qur’an, dan introspeksi diri.

 • Bergabung dengan komunitas keislaman. Komunitas yang positif bisa menjadi tempat bertumbuh, berdiskusi, dan saling menguatkan dalam keimanan.

Modernisasi dan digitalisasi adalah bagian dari takdir zaman yang tak bisa kita hindari. Namun, tantangan itu bukan alasan untuk melemahkan keimanan. Justru, tantangan inilah yang seharusnya membuat kita semakin kuat memegang nilai-nilai agama. Iman dan takwa harus menjadi pelita yang menerangi jalan hidup di tengah gelapnya arus perubahan dunia.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hijr ayat 9:

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”

Kini, giliran kita menjaga iman dalam hati agar tetap menyala di tengah dunia yang terus berubah.