Peringati Hari Mangrove Sedunia 2025, Tokoh Nasional dan Daerah Tanam Mangrove di Pesisir Inhil
Mandah – Semangat menjaga ekosistem pesisir kembali digaungkan dalam peringatan Hari Mangrove Sedunia Tahun 2025 yang dipusatkan di Desa Belaras Barat, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Sabtu (26/7/2025). Sejumlah tokoh penting, mulai dari Gubernur Riau H. Abdul Wahid, Bupati Inhil H. Herman, hingga Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian LHK, Diah Murti Ningsih, melakukan penanaman pohon mangrove secara simbolis.
Kegiatan ini turut dihadiri Danrem 031/Wira Bima Brigjen TNI Sugiono, Kapolda Riau Irjen Pol. Dr. Hery Herjawan, unsur Forkopimda Provinsi dan Kabupaten, Anggota DPRD Provinsi Riau, serta tokoh masyarakat dan perangkat kecamatan setempat.
Gubernur Riau H. Abdul Wahid menegaskan bahwa penanaman mangrove bukanlah kegiatan simbolis semata, melainkan bagian dari tradisi masyarakat pesisir yang telah menjaga hutan mangrove selama berabad-abad.
“Kegiatan menanam mangrove saat ini bukan kegiatan seremoni. Tapi masyarakat di sini sudah berabad-abad menjaga mangrove. Karena mangrove ini bukan hanya sekadar menanam hutan, tetapi ada kehidupan. Masyarakat di sini kebanyakan nelayan. Ada udang, kepiting, lokan—semuanya hidup di antara mangrove. Mangrove juga sebagai penyangga abrasi. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat berarti dalam rangka melestarikan kehidupan,” ujar Gubernur.
Senada dengan itu, Bupati Indragiri Hilir H. Herman menyampaikan apresiasinya dan menyoroti besarnya potensi mangrove di wilayahnya, sekaligus pentingnya pelibatan masyarakat dalam menjaga kelestariannya.
“Kami menyambut baik kegiatan ini. Dari awal kami masuk tadi, terlihat banyak mangrove yang terjaga dengan baik di sini. Mudah-mudahan ini dapat kita lestarikan, terutama dengan melibatkan masyarakat. Karena seperti kita ketahui, potensi mangrove di Kabupaten Indragiri Hilir ini sangat besar. Luasannya lebih dari 131 ribu hektare dan ini harus kita jaga,” ujarnya.
Bupati juga menekankan bahwa penurunan luas hutan mangrove yang terjadi akibat penebangan dan abrasi harus segera diatasi. Ia berharap masyarakat bisa diedukasi agar mulai meninggalkan praktik penggunaan batang mangrove untuk cerucuk bangunan.
“Kita tahu mangrove ini banyak dimanfaatkan untuk membuat cerucuk. Tapi mulai hari ini kita akan perlahan-lahan memberikan pemahaman bahwa kalau bisa membangun itu jangan lagi dengan cerucuk,” tambahnya.
Selain penanaman pohon, momen ini juga ditandai dengan peluncuran Pesantren Ekologi, sebagai model pendidikan lingkungan hidup berbasis pesantren yang ramah lingkungan. Dalam kegiatan yang sama, juga diperkenalkan maskot lingkungan hidup bernama Rajalesa (Rajawali Penjaga dan Pelestari Alam) sebagai simbol semangat pelestarian ekosistem secara berkelanjutan.
Dengan mengusung tema “Lindungi Mangrove, Selamatkan Bumi dari Riau untuk Iklim Dunia”, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong gerakan pelestarian yang konsisten, melibatkan masyarakat, dan menjadi teladan bagi daerah lain.